Candi Bangkal, sumber: dokumentasi pribadi |
Di tengah daerah persawahan,
tepatnya di desa Candiharjo, kecamatan Ngoro, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur,
berdiri sebuah candi megah yang masih belum diketahui jelas asal-usul
sejarahnya. Candi yang dinamai Candi Bangkal ini terletak sejauh 120 meter ke
arah Utara dari perempatan besar Ngoro, desa Candiharjo. Di sana, kalian akan
bisa melihat rumah yang merupakan pos jaga dan sebuah plang dengan tulisan
“Candi Bangkal” lengkap dengan plang berisi aturan yang diterbitkan oleh Badan
Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur dengan kondisi sudah berkarat akibat
proses penggaraman yang tinggi.
Untuk masuk ke dalam kawasan
sejarah ini pengunjung tidak dikenai biaya, cukup menuliskan nama dan tujuan
kedatangan di buku tamu. 50 meter ke arah timur dari pintu masuk, akan mulai
terlihat beberapa struktur pada kawasan ini. Di kawasan ini ada satu bangunan
utama atau candi induk, satu struktur candi perwara di depan candi induk, dan
struktur pagar yang mengelilingi keseluruhan struktur candi. Di sisi barat
candi terdapat pemandangan asri sebuah lahan hijau dan jalan pedesaam yang
merupakan arah hadap candi induk. Di sisi utara, terdapat bangunan makam yang
dihormati di dalamnya. Kemudian di sisi timur dan selatan, terdapat hamparan sawah
dan pagar kawat berduri yang membatasi kawasan candi ini dengan sawah milik
penduduk. Sayangnya, meskipun candi ini berada di tempat lokasi yang sangat
hijau dan asri, jenis tanah yang ditempati candi ini kurang bagus karena tidak
dapat menyerap air dengan baik, tidak seperti lahan tanah di candi pada
umumnya. Pada musim hujan, tingkat banjir di lokasi yang cukup tinggi
mengakibatkan bagian bawah timur candi sedikit melesak ke dalam tanah. Sampai
saat ini, pembangunan serta konservasi candi ini masih menjadi perhatian yang
memerlukan tindakan tepat sebagai akibat dari jenis tanah yang tidak menyerap
air. Meskipun begitu, jalan menuju Candi Bangkal dari pos juru pelihara sudah
memiliki akses jalan yang baik dan terwat.
Berdasarkan penelitian
Nurmulia Rekso Purnomo (2009: 87-90) tidak ditemukan adanya catatan sejarah
baik dalam bentuk narasi atau angka tahun dari prasasti, naskah-naskah klasik,
dan atau karya sastra kuno yang menjelaskan tentang Candi Bangkal. Namun, jika
dikaji berdasarkan ragam hias dan dibandingkan dengan candi lain yang serupa
maka dapat dijelaskan latar belakang tahun dan sejarah candi ini. Berdasarkan
keistimewaan candi ini yang diantaranya adalah tangga, motif tapak dara, motif
kerang lonjong, relief tokoh mengendarai kuda, perwara dengan denah persegi
panjang, dan kepala kala yang terbuat dari andesit, dapat ditemukan pembanding
yaitu: tangga dengan ciri serupa dimiliki juga oleh Candi Pari (1371 M) dan
Candi Jago (1343), motif tapak dara dimiliki pula oleh Candi Ngetos (Abad 14
M), Candi Sawentar (Abad 13 M), dan Candi Kalicilik (1349 M), denah perwara
yang berupa persegi panjang juga dimiliki oleh Candi Jawi (1293 M, 1331 M) dan
Candi Kidal (Abad 13 M). Dengan kemiripan tersebut, menurut Agus Aris Munandar,
dapat disimpulkan bahwa masa pendirian Candi Bangkal adalah sekitar abad ke-14 dari
gayanya yang condong pada gaya kesinambungan Singhasari-Majapahit. Lebih dalam
dibahas, Purnomo (2009) dalam penelitiannya menyebutkan di antara candi-candi
perbandingannya yang paling mendekati dan banyak memiliki kesamaan adalah Candi
Pari dan Candi Kalicilik sehingga pertanggalan kembali dipersempit menjadi
sekitar tahun 1355 M. Pada masa itu, kekuasaan wilayah dipegang oleh Kerajaan
Majapahit dibawah kekuasaan Hayam Wuruk dengan latar belakang agama candi
adalah Hindu-Siwa. Hal ini dapat dilihat dari fungsi relung candi sebagai
tempat arca keluarga Siwa dan tidak ditemukannya arca Buddha ataupun arca
penggabungan agama Hindu dan Buddha. Perbandingan dengan candi lain menjadi
penting dalam kajian latar belakang Candi Bangkal karena tiap masa kekuasaan
suatu kerajaan memiliki ciri atau gaya khas masing-masing sehingga antar jenis
ragam hias dapat menentukan dari masa apa candi itu berasal. Lebih lanjut mengenai ciri arsitektur dan
ragam hias yang dimaksud akan dijelaskan pada paragraf berikutnya.
Lanskap Candi Bangkal dari sisi barat, sumber: dokumentasi pribadi |
Gapura/Pintu masuk Candi Bangkal, sumber: dokumentasi pribadi |
Sebelum berhadapan langsung
dengan candi induk dan candi perwara, terdapat sebuah pagar dengan pintu masuk
di barat daya. Pagar ini berbahan dasar batu bata dan memiliki tinggi kurang
dari satu metar dan lebar kurang lebih 60 cm mengelilingi candi induk dan candi
perwaranya dengan bentuk persegi. Kondisi pagar ini dan pagar di sisi-sisi
candi tidak ditemukan seluruhnya. Baik di bagian utara, selatan dan timur pagar tidak
ditemukan utuh dari ujung ke ujung dan tiap sudutnya belum direkostruksi. Untuk pintu masuk atau gapura, dapat terlihat bahwa
gapura ini tersusun dari bata yang bagian tengahnya kosong seakan-akan
mempersilahkan masyarakaat pendukungnya memasuki bangunaan suci ini. Setelah
memasuki pagar ini maka akan terlihat struktur candi perwara dengan denah
persegi panjang yang tersusun dari batuan bata. Struktur candi perwara hanya
berupa batur saja dan memiliki jarak yang cukup dekat dengan candi induk dan
juga pagar. Pada batur candi perwara terdapat hiasan motif tapak dara di tiap
sisinya.
Tampak timur candi perwara yang berada di barat candi induk, sumber: dokumentasi pribadi |
Candi yang berada di Mojokerto
ini memiliki bentuk yang ramping seperti gaya banguanan suci Jawa Timur secara
umum. Struktur bangunan terdiri dari fondasi yang berbentuk persegi dengan
ketebalan kurang lebih 5 cm, di atasnya terdapat batur, kaki, tubuh, dan atap.
Batur candi induk berdenah persegi dengan tinggi kurang lebih 1 meter dan
berukuran sedikit lebih sempit dari fondasinya. Pada batur ini terdapat
beberapa hiasan yang terbuat dari batu bata yang dipahat pada dinding batur,
hiasan ini antara lain adalah hiasan motif tapak dara, pilar kecil, dan kala
yang diukir pada setiap sudut candi yang sedikit maju. Selain hiasannya, batur
candi induk ini memiliki profil dengan pola cermin. Pada sisi barat batur candi
induk ini terdapat bagain tambahan yang berbentuk lebih kecil dan difungsikan
sebagai tangga dengan dua tangga masuk di utara dan selatan yang menyatu di
tengah dan dilanjutkan dengan tangga yang menuju ruang dalam candi. Pada bagian
tangga ini terdapat hiasan belah ketuapat dalam panil persegi dan juga bentuk
pilar kecil di sisi baratnya. Pada bagian dalam sisi timur tangga terdapat
hiasan lonjong bergaris vertikal di bagian atas dan horizontal di bagian bawah
yang dikenal dengan motif kerang lonjong. Setelah batur, terdapat kaki candi, profil
kaki memiliki pola cermin dengan motif tapak dara pada panil persegi di tiap
sisinya yang dibatasi oleh hiasan pilar. Di sisi barat terdapat kaki yang
mengecil dari tangga sebelumnya dan bagian ini sedikit lebih maju.
(kiri) motif kerang lonjong, (kanan atas) motif tokoh mengendarai kiuda di langit bilik, dan (kanan bawah) motif tapak dara, sumber: dokumentasi pribadi |
Moacam-macam Kala yang ada pada Candi Bangkal, sumber: dokumentasi pribadi |
Tampak depan (sisi barat) Candi Bangkal, sumber: dokumentasi pribadi |
Pada sisi barat badan candi induk terdapat pintu masuk
ke ruang tengah candi, pada pintu masuk terdapat kala diatas pintu yang terbuat
dari batu andesit bukan batu bata (bahan utama pembuatan candinya) dan tidak
adanya Makara. Kala yang terdapat atas pintu memiliki arti untuk menghindarkan
segala hal buru sebelum masuk atau singkatnya sebagai untuk menolak bala. Di
sisi kanan-kiri pintu juga terdapat relung yang berhiasan kala dari batu
andesit di atasnya, relung ini kemungkinana besar adalah tempat untuk menaruh
arca Mahakala (kiri) dan Nandiswara (kanan) sebagaimana candi Hindu yang
menempatkan arca keluarga Siwa disakeliling candi sesuai arah mata angin. Di
sisi utara, timur dan selatan badan candi tidak terdapat hiasan kecuali relung
dengan kepala kala di atas relungnya dan relung-relung ini adalah tempat untuk
menaruh arca keluarga Siwa: Durga di utara, Ganesha di timur, dan Agastya di
selatan, sedangkan Siwa sendiri berada di tengah atau ruang dalam candi.
Sebelum memasuki bilik, terdapat bekas lubang pintu yang menyatakan bahwa
dahulu ada pintu yang seperti terbuat dari kayu. Namun sangat disayangkan pintu
itu hilang karena membusuk. Bilik candi berdenah persegi dan mengerucut ke atas
berbentuk limas segi empat. Tidak ditemukan adanya liangga-yoni di dalam candi.
Satu hal yang unik dari candi ini adalah di bagian atas denah ini terdapat
hiasan dari batu andesit berbentuk lingkaran yang bergambarkan orang yang
sedang berkuda. Atap candi berbentuk persegi tidak mengerucut, namun sayangnya sisi
atap bagian selatan sedikit runtuh sehingga atap tidak sempurna. Hiasan yang
terdapat pada atap ini adalah pilar-pilar di setiap sisi dan terbuat seluruhnya
dari batu bata.
Motif pilar pada atap candi, sumber: dokumentasi pribadi |
Keadaan situs Candi Bangkal saat ini secara sarana dan
prasarana sudah cukup memadai. Akan tetapi, akibat tipe tanah yang kurang
cocok, susah menyerap air sehingga air menggenang, saat musim hujan datang
kemungkinan candi Bangkal terendam banjir bisa datang kapan saja. Kesalahan
pemilihan tanah ini memicu pertanyaan kenapa pambuat candi memilih tanah ini,
tanah yang tidak sesuai untuk mendirikan bangunan suci? Penggaraman di lokasi
ini juga cukup tinggi. Buktinya dapat kita lihat dari plang BPCB yang sudah
sangat berkarat. Keadaan kaki candi yang melesak masuk kedalam tanah beberapa
centimeter pun harus menjadi perhatian dinas pemugaran cagar budaya selain
pembanguanan sarana umum yang lebih baik.
Tampak kaki candi bagian timur yang sedikit ambles, sumber: dokumentasi pribadi |
Kondisi tanah sekitar Candi Bangkal, sumber: dokumentasi pribadi |
Plang BPCB Jatim yang sudah berkarat akibat penggaraman yang tinggi, sumber: dokumentasi pribadi |
Belum ada hipotesis yang dapat
menjelaskan fenomena lokasi candi Bangkal ini. Namun, dinas berwajib sudah
berupaya untuk mengurangi tingkat genangan air dan merawat peninggalan sejarah
ini dengan membuat jalur pembuaangan air dari candi ke Kali Porong yang berada
di timur candi ini.
-Liche Centifolia-
Daftar
Pustaka:
Guntur.,
2013. Kreasi Motif Batik Khas Mojokerto
Berbasis Relief Candi Sebagai Kearifan Lokal dengan Menggunakan Teknologi
Saring-Malam Guna Meningkatkan Produksi dan Ekonomi Masyarakat. Institut
Seni Indonesia Surakarta.
Purnomo,
Nurmulia Rekso., 2009. Candi Bangkal:
Rekonstruksi Arsitektural, Latar Belakang Keagamaan, dan Tinjauan Kronologi.
Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
wah, tulisannya sgt inspiratif sekali. jadi pengen langsung ke sana
BalasHapus