About Us

Foto saya
Tangerang, Banten, Indonesia

Jumat, 28 Februari 2020

Hotel Toegoe Yogyakarta: Landmark yang Terbengkalai

Hotel Toegoe Yogyakarta: Landmark yang Terbengkalai
Hotel Toegoe Yogyakarta,
sumber: dokumentasi pribadi

Dengan maraknya perkembangan transportasi, manusia dapat berpergian dari satu tempat ke tempat lain dengan lebih mudah, baik untuk tujuan berdagang, sekedar berwisata atau untuk tujuan lainnya. Tumbuhnya moda transportasi yang meningkat ini membuat pertumbuhan hotel dan penginapan di Indonesia menjadi sebuah kebutuhan. Hal ini dikarenakan makin banyak orang yang datang ke suatu tempat hanya untuk kunjungan singkat dan membutuhkan tempat tinggal satu sampai dua malam tanpa punya sanak saudara di daerah itu. Hal inilah kemudian yang memicu pertumbuhan penginapan dan hotel.

Yogyakarta sebagai salah satu pusat pemerintahan besar di Indonesia menjadi salah satu saksi perkembangan itu. Pada abad ke-20, dibangun Stasiun besar Yogayakarta (sekarang dikenal sebagai Stasiun Tugu Yogayakarta) yang menghubungkan daerah-daerah di Yogyakarta. Dengan dibangunnya stasiun besar ini, dibangun juga hotel bernama NV Grand Hotel de Jogja  yang letaknya ada di sebrang pintu masuk stasiun tersebut. Hotel yang terletak dekat dengan stasiun ini sudah berkali-kali berganti nama hingga saat ini dikenal sebagai ‘Hotel Toegoe’. Selain menjadi hotel, banyak kejadian sejarah terjadi di Hotel Toegoe ini. Beberapa kejadian besar yang tercatat sejarah seperti; pada tahun 1942 hotel ini  markas tentara Jepang; di tahun 194 hotel ini beralih fungsi menjadi markas pertahanan Belanda pada masa Agresi Militer II; dan pada masa lain, hotel ini dijadikan tempat pertemuan Komisi Tiga Negara untuk membahas persiapan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dihadiri oleh Australia, Belgia, dan Amerika Serikat. Selain menjadi lokasi penting dalam roda perjuangan bangsa, bangunan hotel ini juga pernah dimanfaatkan sebagai bank, Kedaung Plaza, dan gedung belajar Universitas Mercua Buana secara bergantian. Sebuah faktor yang menyebabkan adanya perubahan baik desain interior atau arsitektur bangunan yang berubah, menghilangkan beberapa unsur penting yang menampakan gaya bangunan klasik dari Hotel Toege.
Sebagai saksi bisu sejarah bangsa, hotel ini kemudian diangkat sebagai cagar budaya pada tahun 2007 berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Nomor PM.25/PW.007/MKP/2007 dengan luas 2.395 m2. Hotel yang dibangun oleh Alm. Probosutedjo ini setelahnya diwariskan kepada ahli warisnya. Setelahnya, ternyata pada tahun 2004 silam terjadi perubahan besar pada bagian timur bangunan induk dan selatan sehingga penetapan luas sebagai situs cagar budaya diubah menjadi 1.527,63 m2.  Hal ini dikarenakan oleh bagian bangunan yang rusak dan tidak bisa dikenali lagi. Sebuah ironi yang menyedihkan karena sebagai bukti sejarah, bangunan Hotel Toege tidak diberikan perawatan yang layak. Hotel ini justru dibiarkan tanpa perawat sampai akhirnya harus keropos dimakan  usia dan tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab. Padahal, lokasi hotel ini strategis dan menjual untuk dapat dimanfaatkan sebagai hotel atau museum, seperti hotel tua lainnya di Yogyakarta.
Hotel Toegoe Yogyakarta: Landmark yang Terbengkalai
Runtuhan Atap yang ada di Ruang Tengah Bangunan,
sumber: dokumentasi pribadi
Kondisi Hotel Toegoe Yogyakarta saat ini cukup mengenaskan dilihat dari atap bangunan induk yang roboh lebih dari setengahnya dan memiliki kemungkinan kerusakan lanjutan. Hotel yang terdiri atas tiga bangunan ini persisnya berada di Jalan Pangeran Mangkubumi, bersebrangan dengan Stasiun Tugu Yogyakarta di utara Jalan Malioboro. Berada di lingkugan padat pengunjung, hotel yang sekarang terlantar ini terlihat semakin menyedihkan. Terlebih lagi dengan keadaan halaman sekitar bangunan hotel yang rimbun ditumbuhi semak belukar tinggi dan lebih mirip hutan belantara kecil ditengah pesatnya moderinisasi gedung lain di daerah itu. Namun, meskipun saat ini Hotel Toege lebih terlihat seperti bangunan angker tanpa nilai sejarah, hotel ini tetap merupakan sebuah historical landmark yang menjadi lokasi akan banyak kejadian dan keputusan penting sejarah Indonesia di Kota Yogyakarta. Oleh sebab itu, penting untuk dilakukan sebuah dokumentasi untuk mengenang sejarah yang hidup di Hotel Toege sebelum cagar budaya terbengkalai ini hilang dari peradaban karena keegoisan dan rasa acuh terhadap sejarah.
Hotel Toegoe Yogyakarta: Landmark yang Terbengkalai
Denah awal Hotel Toegoe Yogyakarta,
sumber: Universitas Islam Indonesia.pdf
Hotel Toege terdiri dari tiga bangunan tersusun berjajar dari utara ke selatan dengan bangunan induk berada di tengah, diapit oleh bangunan utara dan selatannya. Orientasi arah hadap Hotel Toegoe sendiri adalah barat dan di bagian timur terdapat daerah kampung. Bangunan di utara ini setelah tidak difungsikan sebagai hotel, digunakan sebagai gedung kegiatan belajar-mengajar untuk Universitas Mercu Buana. Mengikuti kebutuhan universitas, banyak perubahan harus dilakukan. Perubahan paling besar terdapat pada dinding selatan yang diubah menjadi kaca. Selain dinding selatan, dilakukan juga penambahan sekat-sekat dan pembanguana toilet kecil di belakang bangunan. Bagian yang tersisa dari masa klasik awal hotel ini berdiri adalah fasad (bagian depan) bangunan, terutama bagian atas (atap), yang memilik bentuk berundak dengan hiasan persegi panjang yang disusun meninggi. Kemudian, pintu yang berada di dinding selatan juga masih dibiarkan mengikuti gaya awal bangunan ini. Selain bagian tersebut, bangunan yang didominasi warna putih dan biru ini sudah tidak menunjukan gaya Indische Empire Style miliknya. Ini termasuk bagian pintu dan jendela pada fasad yang sudah berubah. Tetapi, bila dilihat lebih jeli, perubahan ini sedikit meninggalkan sisa atau bekas bangunan lama seperti jendela dengan lengkungan yang merupakan gaya khas colonial.
Hotel Toegoe Yogyakarta: Landmark yang Terbengkalai
Tampak Depan Bangunan Utara Hotel Toegoe Yogyakarta,
sumber: dokumentasi pribadi

Hotel Toegoe Yogyakarta: Landmark yang Terbengkalai
Interior dalam Bangunan Utara, terlihat dinding bangunan yang sudah diganti menjadi kaca,
sumber: dokumentasi pribadi
Tidak sebanyak perubahan yang terjadi pada bangunan utara, bangunan induk Hotel Toegoe memiliki cukup banyak perubahan namun tidak mengubah semua dan kekhasan gayanya. Fasad bangunan ini sama dengan bangunan utara namun lebih besar dan tinggi dengan jumlah undakan yang sama. Lalu, di samping kanan-kiri bangunan ini terdapat menara yang cukup tinggi. Bagian dalam bangunan ini cukup luas dengan ruang utama berupa ruangan tanpa sekat dan hanya ada tangga menanjak ke arah menara dipojok kanan dan kiri ruangan. Sayangnya, bagian tengah hingga depan atap bangunan sudah ambruk karena kurangnya perawatan. Selain bagian tersebut, hal yang masih khas dan patut dipertahankan adalah kaca patri bergambar logo Hotel Toegoe yang berada di ruang tengah bangunan.  Satu lagi hal yang perlu disayangkan adalah bagian belakang bangunan yang pernah dijadikan showroom Kedaung Plaza. Bagian belakang bangunan induk ini dibobol untuk bisa terhubung dengan bagian belakang bangunan selatan. Bangunan yang juga didominasi warna putih-biru ini memiliki gaya bangunan Indische Empire Style. Bentuk jendela jingga dan pintu kayu yang ada di ruang tengah masih menunjukan gaya bangunan pada masa colonial. Meskipun begitu, unsur lain dari bangunan ini sudah banyak mendapatkan modifiksi dan perubahan.
Hotel Toegoe Yogyakarta: Landmark yang Terbengkalai
Tampak Depan Bangunan Induk Hotel Toegoe,
sumber: dokumentasi pribadi

Hotel Toegoe Yogyakarta: Landmark yang Terbengkalai
Tampak Dalam Bangunan Induk Hotel Toegoe, terlihat lengkungan yang khas dan runtuhan atap,
sumber: dokumentasi pribadi

Hotel Toegoe Yogyakarta: Landmark yang Terbengkalai
Pintu dalam menuju Ruang Belakang namun terhalang runtuhan atap, terlihat kaca patri dengan inisial 'HT' yang melambnagkan Hotel Toegoe yang indah,
sumber: dokumentasi pribadi
Hotel Toegoe Yogyakarta: Landmark yang Terbengkalai
Sisa Tangga menuju menara Hotel Toegoe,
sumber: dokumentasi pribadi
Untuk bangunan yang berada di selatan, bangunan ini memiliki warna yang relatif berbeda dari dua bangunan lainnya. Jika kedua bangunan sebelumnya didominasi oleh warna putih-biru, maka bangunan ini didominasi oleh warna kuning-buram dan hijau. Dibandingkan dua bangunan lainnya, bangunan ini lebih memiliki unsur bangunan hotel. Hal tersebut dapat dilihat pada atap fasad bangunan, yaitu; berundak-undak dengan jendela kecil di tengah. Selain itu, pintu dan jendela bangunan selatan Hotel Toegoe ini masih memiliki elemen khasan Belanda. Tetapi sekali lagi kita harus prihatin karena hanya bagian tersebut yang menampakan gaya bangunan lama Hotel Toege, selebihnya sudah diubah total dengan pembangunan ulang di bagian timur bangunan menjadi Kedaung Plaza sebagai showroom dengan gaya arsitekur yang terkesan modern.
Hotel Toegoe Yogyakarta: Landmark yang Terbengkalai
Tampak Depan Bangunan Selatan Hotel Toegoe,
sumber: dokumentasi pribadi

Hotel Toegoe Yogyakarta: Landmark yang Terbengkalai
Bangunan baru di selatan yang menyatukan bagian belakng banguanan selatan dan induk, memiliki gaya modern,
sumber: dokumentasi pribadi
Hotel Toegoe Yogyakarta: Landmark yang Terbengkalai
Potrait Landscape Hotel Toegoe Yogyakarta pada tahun 1920,
sumber: google.com
Dari pandangan arkeologi, bangunan Cagar Budaya ini sebenarnya masih dapat ‘diselamatkan’ dengan pemugaran total dan penambahan bagian tertentu yang tetap mengacu pada dokumetasi lama Hotel Toege sebelum dilakukan rekonstruksi ulang.  Namun apalah angan jika tidak dilakukan, hanya menjadi sampah impian. Proposal pemugaran sebenarnya sudah diajukan oleh instasi berwajib seperti pemerintah kota dan BPCB demi pelaksanaan pemugaran cagar untuk bisa dimanfaatkan kembali baik sebagai hotel atau dibuat menjadi museum. Namun, niat baik ini tersandung hak milik Hotel Toegoe yang merupakan properti pribadi. Ahli waris Alm. Probosutedjo sebagai pihak utama yang dapat menentukan takdir Hotel Toege tidak pernah memberikan keputusan pada proposal tersebut. Faktor lain yang menyebabkan hotel tua ini terbengkalai adalah karena diduga adanya  konflik internal diantara pewaris Alm. Probosutedjo, yang menyebabkan hotel ini menjadi tidak terawat. Akibat terbengkalainya bangunan ini, banyak desas-desus di masyarkat yang mengatakan bahwa bangunan cagar budaya ini memang sengaja dibiarkan rubuh atau hancur sendiri oleh pihak pemilik supaya dapat dibangun bangunan lain. Tetapi, untuk fakta jelasnya, tidak bisa dipastikan apakah hal tersebut benar adanya. 
Hotel Toegoe Yogyakarta: Landmark yang Terbengkalai
Sisa Tulang yang ada di Bangunan Utara Hotel Toegoe,
sumber: dokumentasi pribadi

Fakta yang pasti adalah bahwa hotel kuno yang menyimpan banyak cerita sejarah ini ditinggal dalam keadaan tidak terawat dengan debu dan kotoran memenuhi rungan. Atapnya rubuh, isinya berantakan, dan yang cukup mengejutkan, terdapat tulang-belulang hewan yang sudah kering entah bawaan manusia atau memang hewan tersebut mati dan mengering disana. Ditambah kenyataan bahwa tempat ini dipagari dengan seng untuk menjauhkan hotel ini dari kehidupan masyarakat. Hal-hal ini sudah cukup menunjukan betapa bangunan ini sudah sangat terlupakan dan ditinggal dari teraleniasi dari kejayaan masa. Hingga saat ini instansi berwajib masih mengusahakan hal terbaik untuk dilakukan untuk menyelamatkan cagar budaya ini.


-Liche Centifolia-

Referensi



Radar Jogja., 17 Desember 2019. “Tinggal Sejarah Hotel Toegoe Jogja, Riwayatmu Kini”. https://radarjogja.jawapos.com/2019/01/22/tinggal-sejarah-hotel-toegoe-jogja-riwayatmu-kini/https://radarjogja.jawapos.com/2019/01/22/tinggal-sejarah-hotel-toegoe-jogja-riwayatmu-kini/
Sutopo, Marsis., 2013. Kebijakan Pelestarian Cagar Budaya II dalam Modul Pelatihan Tenaga Teknis Pemugaran Tingkat Menengah 2013. Magelang: Balai Konservasi Borobudur.
Wondoamiseno, Nini Sekarsari., 2006. Aspek Interior Showroom pada Bangunan Bergaya Kolonial Belanda: Sebuah Studi Kasus pada PT, Kedaung Group di Hotel Toegoe. Skripsi. Institut Seni Indonesia.
___., Bab II: Tinjauan Faktual dan Teoritis. Universitas Islam Indonesia.
Subakti, Agung Gita., ___. Hotel as Heritage Site Building; From Indonesia Perspektif. Bina Nusantara University.
___., Pengembangan Hotel Toegoe Yogyakarta: Keterpaduan Kegiatan Akomodasi, Bisnis, dan Apresiasi Budaya sebagai faktor penentu perancangan tata ruang dalam dan tata ruang luar. Universitas islam Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stasiun Rangkasbitung dari Masa ke Masa

  Stasiun Rangkasbitung Tahun 2022 Sumber: Dokumentasi Pribadi Sebagai salah satu saksi bisu sejarah Banten, keindahan dan keberadaan Stas...

Cek ini juga yuk!