About Us

Foto saya
Tangerang, Banten, Indonesia

Sabtu, 21 Maret 2020

Nestapa Makam Dinger Kota Batu

Makam Dinger_OB
Makam Dinger dari kejauhan. Sumber: dokumentasi pribadi

Dekat dengan kota Malang, Kota Batu yang terletak pada ketinggian 680-1200 meter di atas permukaan air laut. Lokasinya yang terletak di dataran tinggi, tepatnya di lereng pegunungan membuat wilayah ini cukup sejuk dengan udara yang nyaman. Kota ini juga dikaruniai oleh keindahan alam yang memikat. Potensi ini tercermin dari kekayaan produksi pertanian, buah dan sayuran, serta panorama pegunungan dan perbukitan sehingga pernah mendapat julukan The Real Tourism City of Indonesia oleh Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). Julukan lain yang disematkan pada kota yang sudah berdiri selama sembilan belas tahun ini adalah Kota Apel. Selain potensi alamnya, banyak potensi wisata lain yang dapat dikembangkan seperti potensi historis.

Di Kota Batu, terdapat wisata sejarah Makam Dinger yang jarang diketahui orang tetapi memiliki nilai arsitektur yang unik. Makam yang menghadap ke arah utara ini berlokasi di Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Malang. Untuk menuju ke tempat ini, aksesnya cukup mudah yaitu hanya sekitar 50 meter dari Jl. Raya Junggo. Jalan ke arah makam tersebut masih berupa rerumputan liar beralas kerikil yang lebih mudah diakses dengan berjalan kaki. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan mobil atau motor ke lokasi makam. Sampai di area, mungkin yang terbayang dari ekspektasi makam kuno pada umumnya akan berbeda. Makam Dinger ini memilik suasana kompleks pemakaman yang sangat berbeda dengan pemakaman Belanda pada umumnya. Ketika pemakaman Belanda biasanya ada dalam satu kompleks, Makam Dinger terletak di dalam area perkebunan yang lepas dari unsur colonial seperti rumah ataupun pabrik. Bagian sebelah timur dan selatan makam ini adalah area perkebunan yang berisi tomat, jeruk, dan apel. Kemudian, di bagian sebelah baratnya terdapat sebuah jalan tanah ke arah desa. Pemandangan di sekitar area makam ini asri karena didominasi oleh warna hijau perkebunana dan lanskap bukit-bukit yang menjulang tinggi, memberi nuansa hawa sejuk yang menyegarkan.
Makam Dinger_OB
Pahatan tipis yang memberikan identitas Makam Dinger. Sumber: dokumentasi pribadi
Asal usul nama Makam Dinger ini datang dari ditemukannya sebuah pahatan bertuliskan 'Graf Familie Dinger', sebuah ungkapan dari Bahasa Belanda yang berarti 'Makam Keluarga Dinger'. Pahatan ini ditemukan di atas pintu maka didampingi dengan tulisan 'Anno' dan '1917' di bagian kiri dan kanannya. Dua kata itu diperkirakan mengungkap kapan makam itu dibangun. Dari jurnal berjudal 'Analisis Potensi Situs Peninggalan Makam Dinger Sebagai Wisata Budaya di Kota Baru' yang ditulis oleh Gustria dan Supriono, dapat diketahui bahwa makam ini adalah tempat dimakamkannya seorang tuan tanah bernama Graaf Jan Dinger bersama sang istri Elisabeth Malvine Ernestine van Polanen Petel. Meskipun begitu, sekarang makam ini sudah kosong karena jasad dari pasang suami-istri ini sudah dikembalikan ke Belanda dan sekarang bangunan makam itu tidak lebih dari makam kosong dengan nilai arsitektur tinggi. Masih berkaitan dengan keluarga Dinger, keberadaan makamnya di sana diperkirakan karena rumah keluarga Dinger dulu juga berada di sekitar sana. Tetapi, bukti sejarah itu saat ini sudah tidak bisa ditemukan karena rumah-rumah tinggal yang ada di sekitar makam cenderung baru dan sekarang kebanyakan digunakan sebagai tempat tinggal anggota TNI. 
Makam Dinger_OB
Bangunan Makam Dinger yang berbentuk mausoleum. Sumber: dokumentasi pribadi
Sebelum memasuki Makam Dinger, pengunjung akan disambut oleh sebuah jembatan sepanjang sembilan metar yang menghubungkan pintu masuk dengan bangunan utama makam. Keberadaan jembatan ini mungkin terlihat seperti konstruksi bangunan suci. Meskipun begitu, bangunan jembatan ini adalah sebagai penyambung bangunan makam dengan bagian depan makam karena dulu ada sebuah kolam yang mengelilingi bagian luar makam. Oleh sebab itu, jembatan ini dibuat agar peziarah dapat mengunjungi makam tersebut. Walaupun saat ini kolam itu sudah tidak ada, kering dipenuhi semak belukar karena tidak terawat, jembatan ini masih fungsional. Kontruksi jembatan masih sangat kokoh sampai sekarang disamping kondisinya yang kurang terawat dan cat yang sudah mulai pudar, terdapat juga beberapa bukti nyata kegiatan vandalisme yang sangat memprihatinkan.
Makam Dinger_OB
Jembatan yang terdapat di Makam Dinger. Sumber: dokumentasi pribadi

Makam Dinger_OB
Bagian bawah jembatan yang dulu adalah kolam namun kini sudah mati. Sumber: dokumentasi pribadi

Makam Dinger_OB
Contoh vandalisme yang terdapat pada jembatan. Sumber: dokumentasi pribadi
Lebih jauh tentang situs ini, Makam Dinger memiliki bentuk mausoleum dengan tinggi 6-7 meter. Di bagian depan bangunan terdapat sebuah pintu masuk dari kayu dengan kondisi cukup kuat meskipun terlihat kusam. Di dalam makam, mata akan disambut dengan kondisi yang agak miris. Cat pudar dan mengelupas yang menyebabkan warna kehitaman pada tembok. Selain warnanya yang memudar, terlihat juga banyak lumut yang menempel pada tembok makam. Di dalam makam, suasana yang harusnya condong ke mistis dan religius malah hilang digantikan kesan berantakan dan tidak terurus. Hal ini dikarenakan dialifungsikannya makam ini oleh penduduk sekitar sebagai tempat penyimpanan barang (Gustria & Supriono, 2018:68). Bukan hanya keranda besi kosong, di dalam makam juga terdapat benda-benda seperti: bambu, kayu, dan genteng. Setelah bagian dalam, bagian kedua sisi samping serta belakang makam ini juga memiliki kondisi yang tidak jauh berbeda. Warna pada bagian tersebut kusam dan pada bagian bawahnya juga tampak beberapa lumut yang hinggap. Di bagian belakang makam kondisinya adalah yang paling tidak terawat. Warna hitam akibat cat yang sudah mengelupas sangat dominan pada bagian ini. Selain itu, tampak pada bagian atasnya ditumbuhi tanaman-tanaman kecil. Kondisi Makam Dinger dapat dikatakan memprihatinkan dan tidak terawat untuk bangunan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah sekitar.
Makam Dinger_OB
Dua keranda besi yang terdapat pada Makam Dinger. Sumber: dokumentasi pribadi

Makam Dinger_OB
Bagian dalam Makam Dinger dimana tampak barang-barang yang tidak ada hubungannya dengan makam. Sumber: dokumentasi pribadi
Begitulah kondisi Makam Dinger saat ini, dibalik kekayaan arsitektur yang sejatinya dimiliki oleh bangunana ini, ulah masa dan tangan nakal orang-orang yang kurang bertanggungjawab menjadi momok tertinggal dan pudarnya kemegahan Makam Dinger. Bangunan cagar budaya ini membutuhkan perhatian khusus terutama dari masyarakat untuk bisa kembali bangkit dari masa sekaratnya sebagai tempat wisata sejarah dan pendidikan di Kota Batu. Potensi wisata budaya yang dimiliki oleh Makam Dinger tidak bisa dibilang kecil. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Makam Dinger secara estetika memiliki kandungan unsur keindahan yang terkait seni rupa, seni hias, seni bangunan dan menjadi sumber inspirasi untuk menghasilkan karya-karya bangunan pada masa sekarang. Disamping itu, bangunan tersebut berpotensi untuk dikembangkan sebagai sarana pendidikan masyarakat tentang masa lampau juga berpotensi sebagai sarana rekreasi atau menjadi sumber daya yang dapat memajukan pariwisata daerah. Bangunan peninggalan Belanda ini memiliki konsep imobilitas, yaitu sumber daya yang sangat mahal untuk ditiru dan konsep heterogenitas, yaitu kumpulan sumber daya yang unik (Gustria & Supriono, 2018: 72).
 
Makam Dinger_OB
Tampak Belakang Bangunan Makan Dinger yang perlu diperhatikan. Sumber: dokumentasi pribadi

Makam Dinger_OB
Tampak Samping Bangunan Makam Dinger yang perlu diperhatikan. Sumber: dokumentasi pribadi

Oleh karena itu, perlu dilakukan peremajaan dan perawatan pada Makam Dinger. Bukan hanya akan menambah nilai ekonomi Kota Batu dari sektor pariwisata, kembalinya situs ini ke dalam radar dapat menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran di bidang arsitektur. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk ‘menyegarkan’ kembali lokasi ini adalah dengan membangun fasilitas memadai, atraksi, dan memperbanyak promosi. Selain dari segi akademik, lokasi Makam Dinger juga cukup aestetik untuk muda-mudi yang sekedar butuh tempat hunting foto baru. Jadi, objek cagar budaya ini sangat mungkin untuk menjadi lokasi wisata yang diminati masyarakat.  


-Lufthansa Zero-

Daftar Pustaka

Anonim. 2003. “Profil Kabupaten/Kota: Kota Batu Jawa Timur”. Diakses dari http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/batu.pdf pada 2 Maret 2020.


Gustria, Dendy Derganata & Supriono. 2018. Analisis Potensi Situs Peninggalan Makam Dinger Sebagai Wisata Budaya di Kota Batu. Jurnal Administrasi Bisnis. Mei, 58(2):66-74.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stasiun Rangkasbitung dari Masa ke Masa

  Stasiun Rangkasbitung Tahun 2022 Sumber: Dokumentasi Pribadi Sebagai salah satu saksi bisu sejarah Banten, keindahan dan keberadaan Stas...

Cek ini juga yuk!